Berakhirnya
Perang Dunia II menyebabkan kekuatan dunia terbagi atas duablok, yaitu Blok
Barat pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur pimpinan Uni Soviet. Blok Barat
dan Blok Timur tersebut saling bersaing berebut pengaruh dalam berbagai bidang
kehidupan manusia.
1.
Perkembangan
Teknologi Persenjataan
Persaingan
yang paling mencolok dalam masa Perang Dingin adalah dalam bidang militer,
khususnya dalam hal persenjataan. Kedua negara adidaya itu saling berlomba
menciptakan berbagai senjata yang mutakhir dan mematikan, misalnya bom. Bom
adalah senjata ledak yang lazim digunakan dalam perang. Terorisme juga
melibatkan penggunaan bom. Bom umumnya terdiri atas wadah logam yang diisi
dengan bahan peledak atau bahan kimia. Bom melukai dan menewaskan orang serta
merusakkan gedung dan bangunan lain, kapal, pesawat terbang, ataupun sasaran
lain. Salah satu senjata yang paling menakutkan dan dapat membantu mengakhiri
Perang Dunia II adalah bom atom. Senjata yang disebut bom atom itu dibuat
pertama kali oleh Amerika Serikat pada tanggal 16 Juli 1945 di Alamo Gardo, New
Mexico. Bom atom itu kemudian dipakai untuk menghancurkan kota Hiroshima pada
tanggal 8 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat
pemboman itu Jepang menyerah dan berakhirlah Perang Dunia II. Bom dalam
bentuk apa pun apabila meledak akan menimbulkan kerugian pada manusia dan alam
sekitarnya.
Tenaga
atom yang ditimbulkan akan menimbulkan radiasi yang apabila diterima dalam
jumlah besar akan sangat fatal akibatnya. Debu radioaktif dan endapan dari awan
yang tertiup angin dan bertebaran di daratan dapat mengakibatkan kerusakan pada
tanaman serta membinasakan hewan dan manusia. Pada jangka panjang ledakan bom
atom akan mengakibatkan kematian serta kanker pada manusia, sedangkan kerusakan
genetis akan terlihat pada generasi-generasi berikutnya.
Keberhasilan
Amerika Serikat dalam menciptakan bom atom, ternyata dalam waktu yang tidak
terlalu lama dapat diikuti oleh pesaingnya Uni Soviet. Pada tahun 1949 Uni
Soviet berhasil melakukan uji coba peledakan bom atomnya. Tentu saja
keberhasilan Uni Soviet itu menimbulkan kecemasan Amerika Serikat sehingga
negara tersebut berusaha mencari dan menciptakan bom tandingannya. Oleh karena
itu, Amerika Serikat segera melakukan penelitian tentang bom hidrogen.
Negara-negara
sekutu Amerika Serikat dan satelit Uni Soviet tidak lepas dari pengerahan
teknologi persenjataan itu. Negara-negara mereka dibangun basis militer dan
pangkalan peluncuran rudal hanya untuk ambisi dua adidaya dunia. Namun, apabila
perang terbuka itu benar-benar terjadi karena terkena akibatnya. Bahkan, dapat
menjadi sasaran langsung penghancuran padahal mereka tidak tahu-menahu permasalahan.
Oleh karena itu, kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan merupakan
kerja sama yang paling mencolok dalam suasana Perang Dingin.
Upaya
meredakan Perang Dingin dengan mengurangi, membatasi, dan memusnahkan
persenjataan nuklir dilakukan pada kurun waktu 1968–1982. Bentuk persetujuan
yang dicapai, antara lain sebagai berikut.
a.
Perjanjian
Nonproliferasi Nuklir (Nonproliferation Treaty)
Perjanjian Nonproliferasi Nuklir
dilaksanakan pada tahun 1968 yang diikuti oleh negara Inggris, Amerika Serikat,
dan Uni Soviet. Pertemuan itu menyepakati bahwa mereka tidak akan menjual
senjata nuklir atau memberikan informasi kepada negara-negara nonnuklir.
b.
Perjanjian
Pembatasan Persenjataan Strategis (Strategic Arms Limitation Talks/SALT
I)
Perjanjian SALT I ditandatangani
oleh Richard Nixon, Presiden Amerika Serikat dan Leonid Breshnev, Sekjen Partai
Komunis Uni Soviet pada tanggal 26 Mei 1972. Pertemuan kedua pemimpin negara
adidaya itu menyepakati untuk:
1) pembatasan terhadap sistem
pertahanan antipeluru kendali (Anti-Balistic Missile=ABM)
2) pembatasan senjata-senjata ofensif
strategis, seperti Inter-Continental Ballistic Missile (ICBM = Peluru Kendali
Balistik Antarbenua) dan Sea-Launched Ballistic Missile (SLBM = Peluru Kendali
Balistik yang diluncurkan dari laut/ kapal).
c.
Perjanjian
Pengurangan Persenjataan Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START)
Perjanjian pengurangan persenjataan
strategis dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet pada tahun 1982.
Perjanjian itu menyepakati bahwa kedua negara adidaya akan memusnahkan
persenjataan nuklir yang dapat mencapai sasaran jarak menengah.
Upaya menghindari bahaya perang nuklir juga diadakan oleh negara-negara lain yang tidak memiliki persenjataan nuklir. Negara-negara itu khawatir kawasan atau wilayahnya akan menjadi sasaran ataupun salah sasaran akibat perang nuklir itu.
Upaya menghindari bahaya perang nuklir juga diadakan oleh negara-negara lain yang tidak memiliki persenjataan nuklir. Negara-negara itu khawatir kawasan atau wilayahnya akan menjadi sasaran ataupun salah sasaran akibat perang nuklir itu.
a.
Persaingan antara Amerika dengan Uni
Soviet
Teknologi penerbangan antariksa terjadi
ketika era Perang Dingin dan persaingan antara Amerika Serikat dengan Rusia
yang saat itu masih bernama Uni Soviet. Teknologi roket yang merupakan dasar
dari sistem penerbanan antariksa pada mulanya dikembangkan untuk keperluan
persenjataan. Bicara soal teknologi roket, kita tidak bisa lepas dari nama
Wehrner Von Braun, ilmuwan Jerman yang direkrut Hitler untuk mengembangkan
misil V2, sebuah peluru kendali dengan teknologi roket dalam masa Perang dunia
II. Saat perang usai, Von Braun hijrah ke AS dan membantu pengembangan
teknologi roket untuk kepentingan penerbangan antariksa di sana.
Namun demikian, entah mengapa, cetak
biru V2 kemudian jatuh ke tangan Rusia, dan digunakan oleh pihak rusia sebagai
acuan untuk mengembangkan roketnya sendiri. Kedua negara adidaya itu kemudian
terlibat dalam persaingan sengit untuk mengeksplorasi ruang angkasa.
Rusia unggul lebih dahulu dengan
keberhasilannya meluncurkan satelit buatan yang pertama di dunia dengan nama
Sputnik I pada 4 Oktober 1957. AS kemudian menyusul dengan meluncurkan satelit
pertamanya yang dinamai Explorer I pada 31 Januari 1958. Pada 12 April 1961,
Rusia kembali memimpin dengan meluncurkan manusia pertama ke angkasa luar, Yuri
Alekseyivich Gagarin, seorang mayor Agkatan Udara Rusia yang meluncur dengan
kapsul Vostok I. Kurang dari sebulan kemudian, AS meluncurkan astronaut
pertamanya, Alan B Shepard dengan kapsul Mercury 7.
Peluncuran ini dilakukan secara
terburu-buru dengan teknologi yang belum sempurna sehingga Alan B.Shepard hanya
mampu mengangkasa selama 15 menit dengan ketinggian maksimal 184 km, tertinggal
dengan Yuri Alekseyivich Gagarin dari Uni Soviet yang mencatat waktu 108 menit
dan ketinggian maksimal 301,4 km dalam sekali orbit.
Misi Amerika
Serikat sendiri sebenarnya hanyalah penerbangan naik-turun dan tidak sampai
mengorbit bumi. AS baru berhasil mengirimkan pesawat pengorbit pada 20 Februari
1962, ketika kapsul Friendship 7 yang diawaki oleh Letkol. John Herschel Glenn
berhasil melakukan 3 kali orbit dalam penerbangan selama 4 jam 56 menit. Tetapi
prestasi ini masih kalah jauh dengan kemajuan yang dicapai Rusia pada 6 bulan
sebelumnya, ketika Mayor German Stephanovich Titov berhasil mengorbit sebanyak
17 kali dalam penerbangan selama 25 jam 18 menit dalam kapsul Vostok II.
Bulan menjadi
sasaran berikutnya dari kedua negara yang tengah bersaing itu. Rusia mendahului
dengan mengirim wahana tak berawak Lunik II pada 14 September 1959. Wahana ini
tercatat sebagai wahana buatan manusia pertama yang mendarat di permukaan
bulan. Sayangnya, Lunik II mendarat secara keras (hard landing), dengan akibat
seluruh peralatan yang dibawanya rusak sehingga tidak mampu mengirimkan data
apapun ke bumi. Rusia baru berhasil mendaratkan wahana yang mampu melakukan
pendaratan lunak (soft landing) pada Februari 1966 melalui wahana Lunik IX.
Sedangkan AS baru berhasil mengirimkan wahana untuk melakukan pendaratan lunak pada 1966. Setahun kemudian, sebuah wahana AS lainnya berhasil mengirimkan gambar TV pertama dari permukaan bulan. Puncaknya terjadi pada 17 Juli 1969, ketika Neil Amstrong dan Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai manusia pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11. Misi ini dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing Apollo-12 (November 1969), Apollo-14 (Februari 1971), Apollo-15 (Agustus 1971), Apollo-16 (April 1972), dan terakhir, Apollo-17 (Desember 1972). Misi Apollo juga pernah mencatat kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13 yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Melalui tindakan pertolongan yang legendaris, para awaknya dapat kembali dengan selamat ke bumi walaupun gagal menjejak ke permukaan bulan.
Sedangkan AS baru berhasil mengirimkan wahana untuk melakukan pendaratan lunak pada 1966. Setahun kemudian, sebuah wahana AS lainnya berhasil mengirimkan gambar TV pertama dari permukaan bulan. Puncaknya terjadi pada 17 Juli 1969, ketika Neil Amstrong dan Edwin Aldrin berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai manusia pertama yang menginjak permukaan bulan melalui misi Apollo-11. Misi ini dilanjutkan dengan 5 pendaratan lainnya, masing-masing Apollo-12 (November 1969), Apollo-14 (Februari 1971), Apollo-15 (Agustus 1971), Apollo-16 (April 1972), dan terakhir, Apollo-17 (Desember 1972). Misi Apollo juga pernah mencatat kegagalan, tepatnya menimpa misi Apollo-13 yang mengalami kecelakaan (ledakan pada salah satu modulnya). Melalui tindakan pertolongan yang legendaris, para awaknya dapat kembali dengan selamat ke bumi walaupun gagal menjejak ke permukaan bulan.
Sementara itu,
Rusia tercatat pernah mengirimkan modul Lunkhod I pada 17 November 1970. Modul
ini berupa robot yang dikendalikan dari bumi. Namun demikian, sesudahnya
program antariksa Rusia di bulan tidak lagi berlanjut. Begitu pula dengan AS.
Setelah berakhirnya misi Apollo-17, AS tidak lagi mengirimkan manusia ke bulan.
Persaingan antara Amerika dengan Uni Soviet terus berlanjut dalam bidang penguasaan ruang angkasa. Kalau sebelum era pesawat ulang-alik, seluruh komponen antariksa bersifat sekali pakai. Maka akibatnya, pengiriman misi berawak membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain cara ini juga sangat berisiko karena apabila terjadi kecelakaan dalam misi berawak di ruang angkasa, mustahil untuk melakukan pertolongan. Musibah yang menimpa misi Apollo 13 memberikan pelajaran bahwa misi berawak ke antariksa tidak lain adalah sebuah petualangan yang penuh risiko. Atas pertimbangan itu, maka tahun 1970-an, NASA mulai mengembangkan pesawat ulang-alik. Misi ulang-alik dinilai lebih ringan biayanya karena hampir seluruh komponennya dapat digunakan kembali pada misi-misi sesudahnya. AS kembali mencatat sejarah dengan keberhasilannya meluncurkan pesawat ulang-alik pertamanya, Columbia, pada bulan Juni 1981. Dengan digunakannya teknologi ulang-alik, terbuka kesempatan untuk meluncurkan misi berawak dengan frekuensi yang lebih sering dengan pembiayaan yang lebih kecil.
Persaingan antara Amerika dengan Uni Soviet terus berlanjut dalam bidang penguasaan ruang angkasa. Kalau sebelum era pesawat ulang-alik, seluruh komponen antariksa bersifat sekali pakai. Maka akibatnya, pengiriman misi berawak membutuhkan biaya yang sangat besar. Selain cara ini juga sangat berisiko karena apabila terjadi kecelakaan dalam misi berawak di ruang angkasa, mustahil untuk melakukan pertolongan. Musibah yang menimpa misi Apollo 13 memberikan pelajaran bahwa misi berawak ke antariksa tidak lain adalah sebuah petualangan yang penuh risiko. Atas pertimbangan itu, maka tahun 1970-an, NASA mulai mengembangkan pesawat ulang-alik. Misi ulang-alik dinilai lebih ringan biayanya karena hampir seluruh komponennya dapat digunakan kembali pada misi-misi sesudahnya. AS kembali mencatat sejarah dengan keberhasilannya meluncurkan pesawat ulang-alik pertamanya, Columbia, pada bulan Juni 1981. Dengan digunakannya teknologi ulang-alik, terbuka kesempatan untuk meluncurkan misi berawak dengan frekuensi yang lebih sering dengan pembiayaan yang lebih kecil.
Pesawat
ulang-alik Challenger yang meledak saat peluncuran 28 Februari 1986 dan
menewaskan ketujuh awaknya memang sempat membuat NASA merestrukturisasi kembali
program ulang-aliknya, khususnya dalam persoalan keamanan. Namun demikian,
teknologi ulang-alik sendiri tidak banyak berubah, bahkan selama lebih dari 20
tahun sejak pertama kali digunakan.
Puncaknya
terjadi pada peristiwa kecelakaan yang menimpa Columbia, 1 Februari 2003,
ketika pesawat tersebut meledak di udara sesaat setelah memasuki atmosfir bumi
dalam proses pendaratan. Peristiwa yang menewaskan tujuh awak tersebut kembali
membuka perdebatan mengenai keamanan serta kepentingan misi ulang-alik. Akibat
dari kecelakaan ini adalah dibekukannya program luar angkasa AS sambil mengkaji
kembali berbagai faktor dalam penerbangan ulang-alik, termasuk kemungkinan
digunakannya teknologi yang sama sekali baru, dengan efisiensi dan tingkat
keamanan yang lebih tinggi. Ada beberapa alternatif pengganti pesawat
ulang-alik yang saat ini sedang dikembangkan, walaupun masih belum jelas
teknologi mana yang kelak akan dipilih untuk menggantikan model peluncuran
pesawat ulang-alik. Sepeninggal Challenger dan Columbia, AS masih memiliki tiga
pesawat ulang-alik lain, yaitu Discovery, Atlantis, dan Endeavour, ditambah
dengan satu prototipe yang tidak pernah mengudara, Enterprise, yang kini
menghuni museum Smithsonian.
Sementara itu
Uni Soviet juga tidak mau ketinggalan dengan Amerika Serikat. untuk mengejar
ketertinggalannya dari AS, Rusia tercatat juga sempat mengembangkan pesawat
ulang-aliknya sendiri yang diberi nama Buran, dari bahasa setempat yang berarti
Badai Salju. Tahun 1988, Buran sempat diujicoba dalam sebuah penerbangan tanpa
awak. Sayangnya, krisis politik maupun ekonomi yang melanda Uni Soviet sesaat
sebelum bubar membuat proyek Buran tersendat, dan bahkan terhenti sama sekali
sebelum sempat berkembang. ecahnya Uni Soviet akhirnya juga membawa malapetaka
bagi program antariksa Rusia. Pangkalan peluncuran Rusia yang berada di
Tyuratam (dikenal sebagai kosmodrom Baikonur) kini telah masuk wilayah
Kazakhstan, sebuah negara kecil yang secara ekonomi tidak begitu makmur. Tentu
saja pemerintah Kazakhstan tidak ingin membiarkan begitu saja sebagian
teritorinya dipakai secara gratis oleh negara Rusia untuk kepentingannya
sendiri. Pendeknya, pemerintah Kazakhstan menuntut pihak Rusia untuk membayar
ongkos sewa agar dapat terus menggunakan pangkalan tersebut. Rusia terus
melanjutkan program antariksa mereka dengan memanfaatkan stasiun luar angkasa Mir. Tetapi
karena kurangnya biaya ditambah lagi dengan kondisi Mir yang memang sudah
terlalu tua akhirnya membuat pemerintah Rusia terpaksa memutuskan untuk
mengakhiri riwayat stasiun kebanggaan mereka itu pada bulan april 2001.
Ruang angkasa
memang terlalu luas untuk dieksplorasi oleh satu atau dua negara tertentu saja.
Dewasa ini, pemanfaatan luar angkasa dilakukan atas dasar kerja sama, bukan
lagi persaingan seperti pada awalnya. Kini, AS dan Rusia, bersama-sama dengan
negara-negara maju lainnya bahu-membahu mengembangkan Stasiun Luar Angkasa
Internasional (International Space Station) yang diharapkan kelak menjadi pusat
kegiatan eksplorasi antariksa secara lintas negara. Sementara itu, teknologi
roket juga tidak lagi merupakan monopoli AS atau Rusia. Tercatat negara-negara
seperti Jepang, India, Cina, dan Uni Eropa, juga telah berhasil mengembangkan
teknologi roketnya sendiri. Rencana Cina untuk meluncurkan misi berawak ke
antariksa kiranya akan menorehkan sejarah baru dalam dunia penerbangan
antariksa.
b.
Perkembangan
di Cina
Dalam
Perkembangan berikutnya Cina berhasil untuk mengirimkan manusia ke orbit. Roket
Long March 2F yang membawa kapsul Shenzhou V akhirnya meluncur dari landasan
pusat antariksa Cina di Jiauquan, Provinsi Gansu, mencatatkan Yang Liwei
sebagai taikonaut (sebutan Cina untuk astronaut) pertama. Ia kembali ke bumi
dengan selamat pada keesokan harinya setelah menjalani 16 kali orbit dalam misi
yang memakan waktu 21 jam itu. Kapsul Shenzhou merupakan modifikasi dari kapsul
Soyuz yang dikembangkan oleh Rusia. Sebagaimana halnya Soyuz, Shenzhou terdiri
atas modul komando (command module) yang ditautkan dengan sebuah modul jasa
(service module). Modul jasa yang memuat mesin roket dan peralatan penunjang
pada Shenzhou hampir identik dengan modul serupa pada Soyuz. Perbedaan yang
agak mencolok bisa dilihat pada modul komando, yang merupakan tempat para awak
melakukan tugasnya.
Modul komando
pada Soyuz didesain berbentuk bola, sementara di Shenzhou berbentuk seperti
lonceng. Di ujung modul komando Shenzhou ditautkan sebuah perangkat ilmiah yang
akan dilepas di orbit. Perangkat ini masih akan mengorbit hingga enam bulan
setelah peluncuran.
Tidak jelas apa fungsi peralatan ini. Kemungkinan adalah satelit yang memang
ditumpangkan pada misi tersebut.
Roket Long March
2F sebagai kendaraan peluncur adalah hasil pengembangan para ilmuwan Cina
sendiri. Ini adalah sebuah roket konvensional bertingkat tiga, dengan empat
roket tambahan pada tingkat pertama yang berfungsi sebagai booster. Di pihak
lain, Soyuz diluncurkan dengan bantuan roket energinya. Roket ini tidak memakai
booster, namun tingkat pertamanya terdiri atas empat roket yang bekerja secara
simultan dengan daya yang sama. Sistem ini menghasilkan gaya dorong yang cukup
powefull sehingga hanya diperlukan dua tingkat pada roket untuk meluncurkan
muatan ke orbit.
Teknologi roket
yang dimiliki Rusia ini memang masih belum bisa ditiru oleh negara lain. Oleh
karena itulah Rusia juga sering mendapat kepercayaan untuk meluncurkan muatan
berat ke orbit, termasuk modul-modul inti dari Stasiun Ruang Angkasa
Internasional (International Space Station, ISS). Indonesia sendiri pernah
memanfaatkan jasa roket Rusia untuk meluncurkan satelit Garuda-1 yang memang
tergolong satelit berukuran besar. Cina sudah merancang untuk mengirimkan
misi-misi lanjutan, di antaranya rencana untuk menempatkan stasiun ruang
angkasanya sendiri, bahkan mengirim misi berawak ke bulan. Tapi keberhasilan
Cina meluncurkan misi berawak sepertinya berhasil menyadarkan bangsa-bangsa
Asia bahwa mereka tidak lagi bisa dipandang remeh.
c.
Perkembangan
di Indonesia
Indonesia belum
pernah terlibat secara langsung dalam eksplorasi ruang angkasa, tetapi
Indonesia sebenarnya termasuk negara yang cukup disegani karena pengalamannya
dalam mengeksploitasi teknologi keantariksaan. Saat penggunaan satelit bagi
sebagian besar negara masih sangat jarang, Indonesia telah meluncurkan
satelitnya yang pertama, Palapa A1 pada 9 Juli 1976. Ini mencatatkan Indonesia
sebagai negara ketiga di dunia setelah AS dan Canada yang menggunakan satelit
komunikasi domestiknya sendiri. Indonesia juga sudah memanfaatkan jasanya untuk
meluncurkan satelit Palapa generasi kedua, Palapa B1, pada 19 Juni 1983.
Operasi penyelamatan satelit Palapa B2, menyusul kegagalan pada peluncurannya
yang juga dilakukan oleh misi ulang-alik merupakan operasi bersejarah yang
kerumitannya boleh ditandingkan dengan operasi perbaikan teleskop antariksa
Hubble pada dasawarsa 90-an. Pada pertengahan era 1980-an, Indonesia bahkan
sempat menyiapkan astronautnya untuk mengikuti misi ulang-alik tetapi karena
terjadi bencana Challenger misi ini dibatalkan.
Dalam teknologi
peroketan, Indonesia tercatat sebagai negara kedua di Asia, setelah Jepang,
yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri. Prestasi ini dihasilkan melalui
keberhasilan LAPAN meluncurkan roket Kartika 1 pada 14 Agustus 1964.
Keberhasilan ini juga tidak lepas dari bantuan teknis dari Rusia. Akan tetapi
Indonesia gagal melakukan alih-teknologi. Akibatnya, selama lebih dari
seperempat abad sejak meluncurkan satelit pertamanya, Indonesia hanya bisa
bertindak sebagai konsumen.
Sementara itu,
negara-negara lain justru mulai menyiapkan diri untuk mulai belajar
mengembangkan teknologi satelit melalui pembuatan satelit mikro (mikrosat).
Malaysia misalnya, yang semula tertinggal puluhan tahun dari Indonesia dalam
pemanfaatan teknologi satelit, sejak tahun 2000 telah berhasil meluncurkan
satelit mikronya yang pertama, Tiungsat-1, yang merupakan hasil kerja sama
dengan Universitas Surrey, Inggris. Sementara itu, Indonesia baru mulai
berancang-ancang membuat satelit mikronya pada tahun 2003 ini melalui kerja
sama dengan Universitas Berlin, Jerman. Program yang dilaksanakan dalam dua
tahap selama lima tahun hingga 2007 itu, sekarang masih memasuki tahap pertama
yang direncanakan selama tahun 2003-2004. Dalam bidang teknologi roket pun juga
kurang berhasil. Akibatnya, pengem- bangan teknologi roket di Indonesia
terhenti, sementara negara-negara Asialain, seperti India dan Cina, yang lebih
belakangan menekuni teknologi ini akhirnya melampaui Indonesia dengan
keberhasilannya meluncurkan roket pengangkut satelit ke antariksa.
Indonesia
sebenarnya memiliki potensi yang jarang dimiliki negara lain untuk
mengembangkan teknologi antariksanya sendiri. Potensi itu berupa garis
katulistiwa yang membentang di atasnya. Sekitar 13% dari garis katulistiwa
berada di atas wilayah Indonesia. Dengan demikian, Indonesia tercatat sebagai
negara pemilik garis katulistiwa yang terpanjang di dunia. Hal ini menjadikan
wilayah Indonesia sebagai tempat yang sangat ideal untuk menjadi lokasi
peluncuran roket pengangkut satelit. Peluncuran roket dari dekat garis
katulistiwa akan lebih menghemat bahan bakar roket, dan karenanya lebih murah
dari segi biaya. Potensi inilah yang juga diminati oleh pihak asing. Rusia
misalnya, sudah lama mengincar Pulau Biak di Irian Jaya (Papua) untuk menjadi
lokasi bandar antariksanya. Tapi karena kita kurang cepat menanggapi tawaran
itu, Akibatnya, Rusia akhirnya memilih Pulau Christmast di Australia sebagai
lokasi bandar antariksanya. Selain
Rusia, sebuah perusahaan swasta AS juga pernah amat tertarik dan bersedia
menanam investasi untuk menjadikan Biak sebagai lokasi peluncuran roket.
Rencananya,
roket yang akan dioperasikan dari jenis berbahan bakar padat, diangkut melalui
laut dari pantai timur AS ke dermaga bandar antariksa Biak. Alternatif lain,
bagian-bagian roket diterbangkan dan mendarat di bandar udara Frans Kasiepo
Biak, kemudian diangkut melalui darat ke tempat peluncuran. Rencana inipun
gagal dengan sebab-sebab yang tidak jelas. Satu-satunya pihak asing yang telah
memanfaatkan potensi Biak adalah Badan Ruang Angkasa India (Indian Space
Research Organization, ISRO) yang telah bekerja sama dengan LAPAN untuk
membangun stasiun TT&C (Tracking, Telemetry, and Command) di sana. Stasiun
ini menjadi penting karena saat India meluncurkan roket pengangkut satelitnya,
proses pelepasan muatan roket dilakukan di atas angkasa Irian, dan satu-satunya
stasiun bumi yang bisa memonitor dan mengendalikan proses ini hanyalah stasiun
di Biak.
Pengembangan
teknologi keantariksaan memang bukan prioritas di Indonesia. Tapi paling tidak,
kita masih memiliki harapan untuk menuju ke arah sana. Indonesia sebenarnya
tidak kekurangan orang-orang pintar. Tetapi yang kurang sebenarnya adalah
kemauan politis (political will) dari pemerintah. Hal ini tentu tidak boleh
menyurutkan semangat kita untuk terus belajar dan mengejar ketertinggalan dalam
bidang teknologi dari negara-negara yang lebih maju.
Berakhirnya Perang Dunia II menyebabkan Amerika Serikat dan
Uni Soviet keluar sebagai pemenang perang dan muncul sebagai negara
adikuasa/super power yang kemudian memainkan peranan di panggung politik,
ekonomi dan militer dunia internasional. Lahirnya kekuatan adidaya baru yang
mewakili kepentingan Blok Barat dan Blok Timur menimbulkan suasana yang tidak
representatif. Pertentangan di antara dua kekuatan dunia tersebut melahirkan
Perang Dingin (the cold war).
Keadaan dunia setelah berakhirnya Perang Dunia II makin
mencekam setelah Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur
yang dipimpin Uni Soviet saling berebut pengaruh.
Berbagai unjuk kekuatan digelar oleh kedua kubu untuk
menjadi yang paling kuat di dunia. Pertentangan secara psikologi menyebabkan
dunia dalam suasana Perang Dingin.
a.
Penyebab
Terjadinya Perang Dingin
Secara umum, Perang Dingin terjadi akibat dipicu oleh hal-hal sebagai berikut.
Secara umum, Perang Dingin terjadi akibat dipicu oleh hal-hal sebagai berikut.
1.
Perbedaan
dan Pertentangan Ideologi
Amerika
Serikat adalah negara yang berideologi liberal kapitalis, sedangkan Uni Soviet
adalah negara yang berideologi sosialis komunis. Sejak awal kelahirannya, paham
sosialis komunis memang tidak sejalan dengan paham liberal kapitalis. Bahkan,
kelahiran sosialis komunis memang dipicu adanya liberal kapitalis yang pada
waktu itu bertindak sewenang-wenang. Akibat perbedaan ideologi, setelah musuh
bersama (Jerman) dapat mereka lenyapkan dalam Perang Dunia II, pertentangan
ideologi kembali terjadi. Akibatnya, kedua kekuatan adidaya tersebut berusaha
saling mengalahkan. Salah satu caranya adalah memengaruhi negara-negara lain
untuk bergabung dalam kelompoknya. Oleh karena itu, dunia ini akhirnya
seolah-olah terbagi menjadi Blok Barat yang berpaham liberal kapitalis dengan
Amerika Serikat sebagai pemimpinnya, dan Blok Timur yang berpaham sosialis
komunis dengan Uni Soviet sebagai pemimpinnya.
2.
Perebutan
Dominasi Kepemimpinan
Amerika
Serikat dan Uni Soviet saling berusaha menjadi pemimpin dunia. Mereka
memimpikan dapat berkuasa dan memimpin dunia seperti masa kejayaan Inggris dan
Prancis pada masa imperialis kuno. Namun, kekuasaan yang biasanya dilakukan
pada masa imperialis kuno sekarang sudah tidak mereka lakukan lagi. Amerika
Serikat dan Uni Soviet berusaha menjadi pemimpin dunia dengan cara baru,
misalnya dengan kekuatan ekonominya. Dengan demikian, Amerika Serikat dan Uni
Soviet tampil sebagai imperialis muda.
Amerika
Serikat dengan kekuatan ekonominya berusaha memengaruhi negara-negara lain
khususnya yang baru merdeka dengan paket bantuan ekonomi. Pemerintah Amerika
Serikat beranggapan bahwa negara yang rakyatnya hidup makmur dapat menjadi
tempat pemasaran hasil industrinya. Selain itu, rakyat yang hidupnya telah
makmur juga akan menjauhkan dari pengaruh sosialis komunis. Hanya kemiskinan
yang menjadi ladang subur bagi perkembangan sosialis komunis. Sedangkan Uni
Soviet yang mempunyai kekuatan ekonomi, tetapi tidak sebesar Amerika Serikat
juga berusaha membentengi negara-negara yang telah mendapat pengaruhnya.
b.
Bentuk–bentuk
Perang Dingin
Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet meliputi bidang politik, ekonomi, militer, dan ruang angkasa.
Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet meliputi bidang politik, ekonomi, militer, dan ruang angkasa.
1.
Bidang
Politik
Pihak
AS berusaha menjadikan negara-negara yang baru merdeka dan negara-negara sedang
berkembang menjadi sebagai negara demokrasi dengan tujuan agar hak-hak asasi
manusia dapat terjamin. Untuk negara yang kalah perang yaitu Jerman dan Jepang
dikembangkan paham demokrasi dan sistem perekonomian kapitalisme. Sedangkan
pihak US mengembangkan paham sosialisme-komunisme dengan pembangunan ekonomi
rencana lima tahun dengan cara diktator, tertutup. Dengan sistem ini US dikenal
sebagai ‘negara tirai besi’, sedangkan negara di bawah pengaruhnya di Asia
yaitu Cina mendapat julukan ‘negara tirai bambu’.
2.
Bidang
Ekonomi
AS
dan US saling memperebutkan pengaruhnya dengan menjadi pahlawan ekonomi yaitu
menjadi negara kreditur dengan memberikan bantuan, pinjaman kepada
negara-negara berkembang, seperti Mashall Plan (Eropean Recovery Program) yakni
bantuan ekonomi dan militer kepada negara-negara di kawasan Eropa Barat. Selain
itu Presiden Henry S Truman memberikan bantuan teknis dan ekonomi khusus kepada
Turki dan Yunani, yang dikenal dengan Truman Doctrin.
3.
Bidang
Militer
Perebutan
pengaruh antara AS dengan US dalam bidang militer dalam bentuk pakta pertahanan
militer. Berlangsungnya Perang Dingin menyebabkan Amerika Serikat dan Uni
Soviet saling curiga satu dengan yang lain. Untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya perang terbuka, kedua negara adidaya beserta para sekutunya saling
memperkuat pertahanan dan militernya.
Sedangkan
Uni Soviet berusaha mengimbangi kekuatan militer Blok Barat dengan membentuk
kerja sama militer pula. Pada 14 Mei 1955 Uni Soviet bersama Mongolia,
Polandia, Cekoslowakia, Bulgaria, Rumania, dan Jerman Timur membentuk Pact of
Mutual Assistance and Unifield Command atau dikenal dengan sebutan Pakta
Warsawa.
4.
Bidang
Ruang angkasa
Perebutan
pengaruh antara AS dengan US juga melanda pada kecanggihan teknologi ruang
angkasa lebih lanjut di bahas pada subbab eksploitasi teknologi ruang angkasa.
PERUBAHAN DI BIDANG SOSIAL AKIBAT PD II
A.
Terbentuknya United Nations (UN) atau
Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB)
Berakhirnya
Perang Dunia II menyebabkan lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai
lembaga dunia penyempurnaan dari Liga Bangsa Bangsa(LBB). Lahirnya Perserikatan
Bangsa-Bangsa dilandasi adanya Charter of Peace (Piagam perdamaian) diharapkan
dapat menjamin keamanan dan ketertiban dunia, mencegah terulangnya perang
dunia, serta menjamin keselamatan dunia.
B.
Semakin kuat kedudukan golongan cerdik
pandai
PD II
menunjukkan bahwa peperangan tidak dapat dimenangkan tanpa bantuan kaum cerdik
pandai yang merupakan prajurit tanpa senjata yang berjuang di laboratorium
dengan penelitian-penelitian, sehingga dapat ditemukan alat-alat perang modern
seperti radar, peluru kendali, bom atom, dan sebagainya. Bom atom berhasil
mengakhiri PD II setelah sukses diujicobakan di kota Hirosima pada
tanggal 6 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.
PERKEMBANGAN SISTEM EKONOMI INTERNASIONAL DENGAN
PERUBAHAN POLITIK DAN EKONOMI
Perang
Dunia II merupakan perang yang sangat mengerikan dan lebih hebat dibandingkan
dengan Perang Dunia I. Akibat yang ditimbulkan Perang Dunia II menyangkut
perubahan bidang politik dan ekonomi.
1.
Perubahan
di Bidang Politik
Perubahan
politik yang tampak setelah berakhirnya Perang Dunia II, antara lain sebagai
berikut.
a. Tampilnya Amerika Serikat dan Uni
Soviet sebagai Negara Adidaya
Amerika
Serikat dan Uni Soviet adalah dua negara adikuasa (super power) yang besar
peranannya di dalam mengakhiri PD II dan memainkan peranan di dunia
internasional. Negara Barat lain, seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia,
sudah mundur kedudukannya sebagai kekuatan dunia (world power).
b. Terjadi Persaingan di Antara Negara
Adidaya
Amerika
Serikat dan Uni Soviet berusaha untuk saling berpengaruh dan berkuasa di dunia.
Persekutuan mereka dalam PD II merupakan persekutuan aneh. Mereka dapat
bersekutu karena mempunyai musuh yang sama, yaitu pihak poros (Jerman, Jepang,
dan Italia). Namun, setelah musuh bersamanya lenyap, Amerika Serikat yang
berpaham liberal-kapitalis tidak sejalan dengan Uni Soviet yang berpaham
sosialis-komunis. Secara material, Amerika Serikat lebih kuat dibandingkan Uni
Soviet. Mereka saling berebut untuk mendapatkan pengaruh dan berkuasa di dunia.
c. Timbul Politik Memecah Belah
Amerika
Serikat dan Uni Soviet berusaha menjalankan politik memecah belah bangsa lain
demi kepentingan mereka sendiri. Mereka membagi negaranegara yang mempunyai
arti penting, seperti Korea, Vietnam, dan Jerman untuk mendukung kepentingan
kedua negara adidaya tersebut.
d. Timbulnya Negara-Negara Nasional
Negara-negara
imperialis Barat, seperti, AS, Inggris, Prancis, Belanda, Portugal, dan Spanyol
tidak mampu lagi menghalangi semangat perjuangan bangsa-bangsa yang mereka
jajah. Usaha untuk menindas rakyat jajahan hanya membuang biaya dan
mengorbankan rakyatnya sendiri. Mereka mengakui atau memberikan kemerdekaan
kembali kepada negara-negara yang dijajah. Dengan demikian pasca-PD II banyak
negara-negara di kawaan Asia dan Afrika memperoleh kemerdekaan.
e. Timbul Persekutuan Militer Kembali
Sebagai
balance of power policy (penyeimbang kekuatan), negara-negara adidaya berusaha
mengadakan persekutuan baru demi keamanan bersama (Collective Security)
sehingga timbul pakta-pakta yang bersifat militer. Misalnya, Amerika Serikat mendirikan North Atlantic Treaty
Organization (NATO) yang diimbangi oleh Uni Soviet dengan membentuk persekutuan
militer Pact of Mutual Assistance and Unifield Command atau Pakta Warsawa.
2.
Perubahan
di Bidang Sosial
a. Terbentuknya United Nations (UN)
atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Berakhirnya
Perang Dunia II menyebabkan lahirnya Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) sebagai
lembaga dunia penyempurnaan dari Liga Bangsa Bangsa (LBB). Lahirnya
Perserikatan Bangsa-Bangsa dilandasi adanya Charter of Peace (Piagam
perdamaian) diharapkan dapat menjamin keamanan dan ketertiban dunia, mencegah
terulangnya perang dunia, serta menjamin keselamatan dunia.
b. Semakin kuat kedudukan golongan
cerdik pandai
PD
II menunjukkan bahwa peperangan tidak dapat dimenangkan tanpa bantuan kaum
cerdik pandai yang merupakan prajurit tanpa senjata yang berjuang di
laboratorium dengan penelitian-penelitian, sehingga dapat ditemukan alat-alat
perang modern seperti radar, peluru kendali, bom atom, dan sebagainya. Bom atom
berhasil mengakhiri PD II setelah sukses diujicobakan di kota Hirosima pada
tanggal 6 Agustus 1945 dan kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945.
A.
Ekonomi
dunia menjadi kacau.
Berakhirnya
Perang Dunia II menyebabkan keadaan ekonomi dunia kacau. Perang Dunia II telah
mengeksploitasi banyak tenaga kerja, modal, dan biaya perang sehingga ketika
perang berakhir keadaan perekonomian sangat berantakan. Lahirnya dua kekuatan
adidaya setelah perang dunia dengan sendirinya telah menyebabkan sistem ekonomi
dunia terbelah menjadi dua. Sistem ekonomi dunia setelah Perang Dunia II
terdiri atas sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sistem
ekonomi kapitalis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Amerika Serikat.
Sistem ekonomi sosialis cenderung berkiblat dan didominasi oleh Uni Soviet.
Negara-negara
di Eropa Barat dan sebagian Asia, seperti Jepang, Singapura, dan Korea selalu
cenderung menggunakan sistem ekonomi kapitalis. Amerika Serikat sebagai
pemimpin kapitalis menyatakan bahwa sistem perekonomian kapitalis merupakan
sistem perekonomian terbaik di dunia.
Hal
itu disebabkan sistem perekonomian kapitalis menekankan pada bentuk persaingan
bebas sesuai nilai liberal. Paham ekonomi kapitalis ini sangat bertentangan
dengan paham ekonomi sosialis. Paham ekonomi sosialis banyak diterapkan di
negara-negara Eropa Timur dan sebagian Asia, seperti Cina, Korea Utara, dan
Vietnam. Pada sistem ekonomi sosialis, peranan pemerintah sangat mendominasi.
Bahkan, campur tangan pemerintah dalam kegiatan perekonomian wajib
dilaksanakan. Hak milik perorangan atau pribadi sangat diabaikan. Jadi, semua
kegiatan itu dipusatkan dan diperuntukkan bagi negara.
Hancurnya
perekonomian dunia menyebabkan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara
adidaya tampil memberikan bantuan ekonomi. Namun, kedua negara adidaya itu
tidak sekadar memberi bantuan ekonomi. Dibalik pemberian bantuan ekonomi
tersebut, kedua negara adidaya juga memperluas pengaruh ideologinya.
Presiden
Amerika Serikat, Harry S. Truman dengan dibantu Menteri Luar Negeri, Marshall
menawarkan bantuan ekonomi ke sejumlah negara Eropa Barat. Program bantuan
ekonomi Amerika Serikat tersebut dikenal dengan nama Marshall Plan yang
dicetuskan pada tanggal 5 Juli 1947. Negara-negara Eropa Barat yang menerima
bantuan ekonomi melalui Marshall Plan harus bersedia bekerja sama dengan
Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi secara maksimal, menciptakan
lapangan kerja, dan meningkatkan volume perdagangan. Negara-negara Eropa Barat
dengan memperoleh bantuan ekonomi melalu Marshall Plan secara bertahap berhasil
menata kembali keadaan perekonomiannya. Bahkan, masyarakat Eropa Barat akhirnya
dapat membentuk suatu badan kerja sama ekonomi yang disebut Masyarakat Ekonomi
Eropa (MEE) atau European Economic Community (EEC) pada tanggal 25 Maret 1957
di Roma, Italia.
Di
dalam pertemuan di Roma digariskan tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa,
antara lain:
a. meningkatkan perekonomian negara
anggota melalui kerja sama yang harmonis;
b. memperluas bidang perdagangan;
c. liberalisasi dalam perdagangan;
d. menjaga keseimbangan perdagangan di
antara negara anggota;
e. menghapus semua rintangan yang
menghambat laju perdagangan antaranggota;
f. memperluas kerja sama perdagangan
dengan negara lain.
Pada awalnya Masyarakat Ekonomi
Eropa beranggotakan negara Jerman Barat, Prancis, Italia, Belgia, Belanda, dan
Luksemburg. Namun, pada konferensi MEE di Brusel, Belgia pada tanggal 22
Januari 1962 keanggotaannya bertambah dengan masuknya Inggris, Irlandia,
Denmark, dan Norwegia.
Amerika Serikat juga berusaha
memperluas paham ideologinya ke wilayah lainnya. Misalnya, Amerika Serikat juga
berusaha mendekati negara Yunani dan Turki agar bersedia bergabung dalam
ideologi liberalisme kapitalisme. Negara Turki dan Yunani setelah berakhirnya
Perang Dunia II mengalami kehancuran bangunan dan keadaan ekonomi yang parah
luar biasa. Kebetulan dana yang besar itu dimiliki oleh Amerika Serikat yang
cepat tanggap menghadapi situasi seperti itu. Paket bantuan ekonomi dari
Amerika Serikat segera dikucurkan kepada negara Yunani dan Turki. Paket bantuan
ekonomi tersebut dinamakan Truman Doctrine. Dengan demikian, Amerika Serikat
satu per satu berhasil meluaskan pengaruhnya ke seluruh wilayah Eropa.
Perang Dunia II tidak hanya
berlangsung di Eropa, tetapi juga berlangsung di wilayah Asia. Dengan begitu,
setelah Perang Dunia II berakhir kerusakan parah juga melanda wilayah Asia.
Berbagai bangunan berantakan dan keadaan ekonomi pun mengalami kelesuan seperti
halnya wilayah Eropa.
Amerika Serikat begitu cepat tanggap
dengan keadaan di wilayah Asia. Amerika Serikat juga berusaha membantu keadaan
negara-negara di wilayah Asia melalui bantuan ekonomi dan militer. Paket
bantuan Amerika Serikat kepada negara-negara Asia disebut Mutual Security.
Melihat aksi Amerika Serikat, Uni
Soviet sebagai kekuatan adidaya lainnya mencoba memberi perhatian kepada
negara-negara sekutunya di wilayah Eropa Timur dalam bentuk bantuan ekonomi.
Bantuan ekonomi yang maksudkan untuk membendung meluasnya pengaruh liberalisme
yang digagas oleh Menteri Luar Negeri Uni Soviet, Molotov. Oleh karena itu,
paket bantuan ekonomi dari negara Uni Soviet untuk negara-negara Eropa Timur
disebut Molotov Plan. Dengan bantuan ekonomi tersebut, negara-negara di Eropa
Timur berusaha menata kembali keadaan ekonominya. Pada perkembangan
selanjutnya, negaranegara di Eropa Timur membentuk lembaga kerja sama ekonomi
yang disebut Commintern Economi (Comicon).
Negara-negara baru yang berada di
kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin merasa bimbang menghadapi besarnya
pengaruh dua negara adidaya tersebut. Negara-negara baru itu memang membutuhkan
bantuan ekonomi yang tidak sedikit untuk membangun. Namun, di sisi lain mereka
juga tidak ingin terjebak untuk mengikuti ideologi kapitalisme atau komunisme.
Ada di antara negara-negara baru merdeka tersebut yang berusaha memperbaiki
keadaan dengan kekuatan sendiri, tetapi ada pula yang berusaha memperbaiki
dengan menjalin hubungan dengan bekas negara penjajahnya. Mereka berpikir yang
terpenting tidak masuk dalam blok kapitalis atau blok komunis. Namun,
negaranegara yang baru merdeka tersebut tidak jarang terjebak juga untuk
memilih ikut blok kapitalis atau komunis.
British Commonwealth atau Persemakmuran Inggris merupakan contoh ikatan yang masih dilakukan antara negara Inggris dan negara bekas jajahannya. Mereka menjalin kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
British Commonwealth atau Persemakmuran Inggris merupakan contoh ikatan yang masih dilakukan antara negara Inggris dan negara bekas jajahannya. Mereka menjalin kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan.
B.
Jerman dan Jepang muncul kembali
sebagai negara industry
Sejalan
dengan upaya AS untuk mendapatkan pengaruh, maka bekas lawan politiknya, yaitu
Jerman dan Jepang diberikan modal untuk mengembangkan kembali industrinya yang
telah hancur akibat PD II. Hal ini juga dilandasi oleh rasa kekhawatiran bahwa
negara-negara yang kalah perang dan mengalami kesulitan ekonomi akan berpaling
ke Uni Soviet yang berhaluan sosialiskomunis.
Bangsa
Jepang mulai berkembang menjadi bangsa yang maju dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi setelah terjadi peristiwa Restorasi Meiji. Peradaban Barat yang pada
saat itu lebih unggul dibandingkan peradaban bangsa Jepang dijadikan model
untuk mengejar ketertinggalannya. Banyak pemuda Jepang yang dikirim ke
negara-negara Barat untuk menimba ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekembali
dari negara-negara Barat, mereka diharapkan mampu melakukan alih teknologi pada
bangsa Jepang. Bidang pendidikan mereka meniru pendidikan model Barat. Namun,
yang paling patut dihargai, Jepang tetap berpegang teguh pada tradisi dan
kebudayaan sendiri. Dengan demikian, mereka berteknologi Barat, tetapi tetap
berjiwa Jepang, suatu perpaduan yang unik dan menarik.
Tampaknya
pertarungan sengit dalam memperluas pengaruh antara blok kapitalis dengan
sistem ekonomi liberal dan blok komunis dengan sistem ekonomi sosialis lebih
menguntungkan blok kapitalis. Sistem liberal makin mendunia karena ditunjang
oleh berkembangnya arus globalisasi dalam berbagai perusahaan multinasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta munculnya organisasi kerja sama ekonomi regional.
Beberapa organisasi kerja sama ekonomi regional itu adalah sebagai berikut.
Beberapa organisasi kerja sama ekonomi regional itu adalah sebagai berikut.
hubungan perang vietnam dengan perkembangan politik
di asia tenggara
Vietnam adalah
salah satu negara di Semenanjung Indocina yang berada di wilayah Asia Tenggara.
Vietnam mempunyai sejarah dan kaitan yang erat dengan perkembangan Perang
Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Akibat perebutan
pengaruh dan perluasan ideologi dari dua negara adidaya itu menyebabkan
terjadinya perang saudara di wilayah Vietnam. Perang antara rezim Republik
Vietnam Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat dan rezim Republik Demokrasi
Vietnam (Vietnam Utara) yang bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Vietnam
Selatan, termasuk pasukan Viet Cong yang didukung Uni Soviet dan RRC disebut
Perang Vietnam. Perang saudara itu berlangsung cukup lama, yaitu sejak tahun
1950 sampai dengan tahun 1975.
1. Vietnam sebelum Perang Dunia II
Negara
Eropa yang pertama mendarat di Vietnam adalah Prancis. Kedatangan Prancis di
Vietnam terjadi pada sekitar akhir abad ke-18. Seperti penjelajah samudra dari
negara Eropa lainnya, Prancis kemudian melakukan kolonisasi di Vietnam. Wilayah
Vietnam yang luas dibagi menjadi tiga daerah protektorat, seperti Tonkin di
utara, Annam di tengah, dan Koncincina di selatan. Pada tahun 1887 ketiga
protektorat tersebut disatukan dengan protektorat Kampuchea yang dibentuk pada
tahun 1875. Kesatuan protektorat itu disebut Uni Indocina. Semangat cinta tanah
air dan kebangsaan di Vietnam mulai bangkit setelah Perang Dunia I berakhir.
Para nasionalis Vietnam bangkit dan bersatu dalam Partai Nasional Vietnam.
Pada
tahun 1940 Jepang menjadi penguasa baru di Vietnam. Prancis tidakmampu
mempertahankan wilayah Vietnam karena negaranya sendiri di Eropa telah dikuasai
oleh Jerman. Jadi, Prancis lebih memusatkan kekuatannya untuk membebaskan
negerinya.
Partai Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk suatu wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan nama Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka.
Partai Komunis Vietnam yang berkembang pada masa kolonial Prancis ternyata sangat membenci Jepang. Oleh karena itu, Partai Komunis Vietnam berusaha membentuk suatu wadah perjuangan bersama dengan kelompok nasionalis di Vietnam dengan nama Viet Minh atau Liga Vietnam Merdeka.
Organisasi Viet
Minh merupakan hasil kongres yang diselenggarakan kaum komunis pada tanggal 19
Mei 1941 di Chiangsi, Provinsi Kwangsi. Pada awal pembentukannya Viet Minh
bersama Viet Nam Doc Lap Dong Minh. Tujuannya adalah melenyapkan dominasi
Prancis dan kekuasaan Jepang. Pemimpin organisasi Viet Minh adalah Ho Chi Minh.
Rakyat Vietnam lebih mengenalnya sebagai Bapak Nasionalisme Vietnam daripada
tokoh komunis.
Posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II mulai terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin kuat. Bao Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan kekuasaannya pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam. Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.
Posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II mulai terdesak. Pada bulan Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kondisi demikian itu menyebabkan kedudukan Viet Minh di Vietnam makin kuat. Bao Dai, penguasa Vietnam yang merupakan boneka Jepang menyerahkan kekuasaannya pada Ho Chi Minh pada tanggal 25 Agustus 1945. Melihat situasi yang sangat menguntungkan bagi Viet Minh maka pada tanggal 25 September 1945 Ho Chi Minh memproklamasikan kemerdekaan Vietnam dengan nama Republik Demokrasi Vietnam. Pusat pemerintahannya di Hanoi. Namun, Viet Minh tidak berhasil di selatan.
2. Vietnam
setelah Perang Dunia II
Perang Dunia II
dimenangkan oleh kelompok Sekutu. Prancis yangtergabung dalam kelompok Sekutu
bermaksud kembali melakukan kolonisasidi Vietnam. Niat Prancis mendapat
dukungan penuh dari Inggris. Keinginan Prancis untuk berkuasa kembali di
Vietnam tentu saja mendapat perlawanan dari Viet Minh. Akibatnya, Vietnam mulai
tahun 1946 bergejolak lagi dengan berbagai pertempuran antara Viet Minh dan
Prancis yang dibantu Inggris. Agar berhasil menguasai Vietnam, Prancis
menjalankan politik memecah belah dan adu domba.
Sementara itu,
Viet Minh pada tahun 1949 mulai bangkit kekuatannya. Hal itu disebabkan Viet
Minh mendapat bantuan persenjataan dari Cina. Dukungan juga didapatkan dari
negara Uni Soviet sebagai sesama negara komunis. Viet Minh karena merasa telah
kuat, kembali melancarkan serangan pada pertahanan Prancis. Wilayah luar kota
berhasil dikuasai tentara Viet Minh. Sementara itu, Prancis hanya mampu
bertahan di kota-kota.
Merasa
kepentingannya terancam, Blok Barat menuntut segera diadakan gencatan senjata
dan perundingan. Viet Minh sebenarnya menolak perintah tersebut karena
selangkah lagi mereka akan menyatukan Vietnam. Namun, akibat didesak Cina dan
Uni Soviet yang merupakan negara pendukungnya, Viet Minh memenuhi tuntutan itu.
Pada bulan Februari 1954, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Uni Soviet
mengadakan pertemuan di Berlin, Jerman. Pertemuan itu membahas tentang
penyelesaian masalah Perang Korea dan Perang Vietnam. Sebagai realisasinya,
akan diselenggarakan Konferensi Jenewa pada tanggal 20 Juli 1954 yang membuat
keputusan, antara
lain:
lain:
a)
mengakui
kemerdekaan negara Kampuchea, Laos, dan Vietnam;
b)
menyetujui bahwa
wilayah Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan;
c)
akan segera
diadakan pemilu pada bulan Juli 1956 untuk menyatukan Vietnam, di bawah
pengawasan Komisi Pengawas Internasional.
Perjanjian
Jenewa ternyata tidak mampu menyelesaikan masalah Vietnam. Perjanjian Jenewa
justru mengesahkan Vietnam terbagi atas Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Wilayah Vietnam Utara bernama Republik Demokrasi Vietnam dan wilayah Vietnam
Selatan bernama Republik Vietnam. Kedua negara itu mempunyai ideologi dan
perilaku yang berbeda. Vietnam Utara berideologikan sosialis komunis, sedangkan
Vietnam Selatan berideologikan liberal kapitalis.
Sekali lagi
tragedi kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi akibat pembagian
wilayah.
Pembagian
Vietnam menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan berdasarkan keputusan Perjanjian
Jenewa menjadikan wilayah tersebut menjadi ajang pertempuran hebat. Ho Chi
Minh, tokoh Pergerakan Nasional Vietnam dan tokoh yang berkeinginan supaya
Vietnam bersatu, tidak mau menerima hasil Perjanjian Jenewa. Pembentukan
Vietnam Selatan dianggapnya sebagai penghalang tercapainya persatuan seluruh
Vietnam. Untuk keperluan menghancurkan Vietnam Selatan, Ho Chi Minh mengirimkan
pasukan Viet Minh menyusup ke selatan. UsahaPembagian Vietnam menjadi Vietnam
Utara dan Vietnam Selatan berdasarkan keputusan Perjanjian Jenewa menjadikan
wilayah tersebut menjadi ajang pertempuran hebat. Ho Chi Minh, tokoh Pergerakan
Nasional Vietnam dan tokoh yang berkeinginan supaya Vietnam bersatu, tidak mau
menerima hasil Perjanjian Jenewa
Pembentukan
Vietnam Selatan dianggapnya sebagai penghalang tercapainya persatuan seluruh
Vietnam. Untuk keperluan menghancurkan Vietnam Selatan, Ho Chi Minh mengirimkan
pasukan Viet Minh menyusup ke selatan. Usaha menghancurkan Vietnam Selatan
mendapat bantuan dari negara komunis, Uni Soviet dan Cina. Blok Barat yang
mengetahui tindakan kedua negara komunis terhadap Vietnam Utara dan merasa
mempunyai kepentingan di Vietnam Selatan juga berusaha mempertahankan wilayah
tersebut. Amerika Serikat memerintahkan pasukannya membantu Vietnam Selatan.
Dengan demikian, Perang Vietnam merupakan contoh konkret perebutan pengaruh dua
negara adidaya.
Pemerintah
Vietnam Utara selain mengirim pasukan juga menyusupkan kader-kader komunisnya
ke Vietnam Selatan. Selain berhasil memengaruhi rakyat Vietnam Selatan untuk
menentang pemerintahannya sendiri, mereka juga berhasil membentuk dan membantu
gerilyawan komunis di Vietnam. Gerilyawan komunis dari Vietnam Selatan dikenal
sebagai Vietkong. Pasukan Amerika Serikat yang ditugaskan di Vietnam Selatan
ternyata tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Banyaknya tentara
Vietkong yang menyamar menjadi rakyat biasa, membuat Amerika Serikat sulit
membedakannya di lapangan.
Pasukan Vietkong
selain bergerilya juga membuat terowongan bawah tanah (jalur tikus) dalam
mematahkan perlawanan Amerika Serikat. Ranjau dan jebakan dari bambu runcing
juga dipakai untuk mengalahkan Amerika Serikat. Sebaliknya, pasukan Amerika
Serikat dengan persenjataan modern membabi buta menyerang pertahanan Vietkong.
Pasukan Amerika Serikat dan Vietnam
Selatan juga
berusaha menghancurkan Jalur Ho Chi Minh dan kubu-kubu pertahanan komunis
dengan pemboman. Jalur Ho Chi Minh adalah jalan-jalan yang dibuat di
hutan-hutan sepanjang perbatasan Vietnam Selatan–Laos– Kampuchea yang digunakan
pasukan Viet Minh menyusup ke Vietnam Selatan. Salah satu pertempuran hebat
antara pasukan Vietnam Utara dan pasukan Vietnam Selatan yang dibantu Amerika
Serikat terjadi pada Tahun Baru Tet 1968 (The Tet Offensive). Penyerbuan pasukan
komunis itu dapat dipatahkan, tetapi kedua belah pihak menderita kerugian dalam
jumlah yang besar
Menyadari bahwa
Perang Vietnam telah berlangsung lama dan memakan korban jiwa yang tidak
sedikit, usaha mencapai perdamaian pun digelar pada sekitar tahun 1970.
Pemerintah Vietnam Utara, pemerintah Vietnam Selatan, dan pemerintah Amerika
Serikat melakukan perundingan di Paris. Pada tahun 1972 pemerintah Amerika
Serikat mengumumkan bahwa Indonesia, Kanada, Polandia, dan Hongaria pada
prinsipnya sepakat untuk menjadi pengawas gencatan senjata di Vietnam.
Namun,
kesepakatan itu menjadi berantakan karena Viet Minh dan Vietkong secara
tiba-tiba pada tanggal 3 April 1972 melakukan serangan besar-besaran dan hampir
saja menguasai Saigon, ibu kota Vietnam Selatan. Atas tindakan tersebut,
Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon bersikap tegas dan mengeluarkan
perintah, antara lain:
a) meranjau
semua lalu lintas laut yang menuju Vietnam Utara;
b) menghancurkan
semua jalur komunikasi dan transportasi Vietnam Utara.
Untuk melaksanakan
tindakan pembersihan jalur laut Vietnam Utara, Amerika Serikat meminta semua
kapal asing untuk keluar dari wilayah Vietnam Utara. Tindakan itu akan terus
dilaksanakan sampai Vietnam Utara setuju melakukan gencatan senjata dan
membebaskan tawanan perang Amerika Serikat. Tindakan Amerika Serikat tentu saja
menimbulkan pro dan kontra dunia. Australia dan Filipina yang merupakan sekutu
Amerika Serikat jelas mendukung rencana tersebut. Namun, Uni Soviet dan Cina
yang merupakan lawan Amerika Serikat sangat menentangnya. Amerika Serikat
membatalkan secara sepihak niat melakukan pemboman ke Vietnam Utara karena
adanya kemajuan dalam perundingan. Perundingan gencatan senjata yang seharusnya
ditandatangani pada tahun 1970, akhirnya baru ditandatangani pada tahun 1973.
Meskipun persetujuan damai telah ditandatangani, pada praktiknya masih sering
terjadi pelanggaran.
Keadaan dalam
negeri Vietnam Selatan sendiri sedang terjadi keretakan. Presiden Nguyen Van
Thiew mengundurkan diri dan menunjuk Wakil Presiden Tran Van Huong sebagai
peggantinya. Ketika mengundurkan diri Presiden Nguyen Van Thiew mengecam
Presiden Amerika Serikat, Nixon karena mendesaknya menandatangani Persetujuan
Paris.
Padahal itu
artinya Vietnam Selatan menyerah pada Vietnam Utara. Selain itu, ia bersedia
menandatangani persetujuan itu karena Amerika Serikat berjanji mengirim pesawat
pembom B-52 apabila terjadi pelanggaran oleh Vietnam Utara. Namun, nyatanya
Amerika Serikat mengingkari hal itu. Pelanggaran persetujuan damai makin sering
terjadi. Komunis pun makin mendekati kemenangan. Pada tanggal 18 April 1975
pasukan pelopor komunis dalam serangannya berhasil mendekati Saigon sampai
jarak kurang 5 km. Pasukan komunis terus bergerak maju dan mendekati ibu kota.
Rakyat Vietnam Selatan panik dan berebut untuk mengungsi. Sehubungan dengan
keadaan itu, sejak tanggal 20 April 1975 Amerika Serikat mengirimkan lima buah
kapal induk dari Armada VII untuk mengangkut para pengungsi tersebut.
Pada tanggal 30
April 1975, Presiden baru Vietnam Selatan, Duong Van Minh yang baru dilantik
tanggal 28 April 1975 menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Vietkong. Untuk
merayakan kemenangan itu, Vietkong mengubah nama Saigon, ibu kota negara
Vietnam Selatan menjadi Ho Chi Minh.
Kemenangan
komunis di Vietnam Selatan merupakan pukulan berat bagi Amerika Serikat. Tugas
membendung perkembangan komunis di Asia Tenggara menjadi makin berat. Apalagi,
masyarakat di Asia Tenggara kebanyakan masih banyak yang berada di bawah garis
kemiskinan. Hal itu menyebabkan mudahnya komunis berkembang. Selain itu, juga
berkembang teori domino mengenai komunisme. Teori itu menyatakan bahwa apabila
suatu negara di suatu kawasan telah jatuh, satu per satu negara yang berada di
kawasan itu akan jatuh pula pada komunis. Namun, kebenaran teori itu juga
banyak yang menyangkalnya. Apabila kita melihat perkembangan wilayah Asia
Tenggara pascakemenangan komunis di Vietnam Selatan, teori domino tentang
komunisme itu ada benarnya. Hal itu dibuktikan dengan kejadian-kejadian
selanjutnya di Asia Tenggara akibat komunisme.
Setelah
negara Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara) yang berideologi komunis
terbentuk, negara tersebut segera memperluas pengaruh-nya. Laos telah berhasil
dijadikan negara komunis, begitu pula dengan Vietnam Selatan. Komunis Vietnam
terus berusaha memperluas pengaruhnya dengan mencoba memengaruhi Kampuchea.
Usaha untuk melakukan kolonisasi di Kampuchea ini disebut Vietnamisasi.
Penyerbuan Vietnam untuk menguasai Kampuchea dilakukan pada tanggal 7 Januari
1979. Pasukan Vietnam dalam menguasai Kampuchea dibantu oleh orang-orang
Kampuchea yang mendukung Vietnam. Mereka itu tergabung dalam Front Penyelamat
Nasional.
Vietnam
berhasil menguasai Kampuchea. Oleh karena itu, Vietnam mendirikan Republik
Rakyat Kampuchea di bawah pemerintahan Heng Samrin bonekanya.
Vietnam meskipun berhasil menguasai dan membentuk pemerintahan boneka di dalam negeri Kampuchea terjadi usaha untuk menentang pemerintahan komunis itu. Tentu saja itu memberi peluang bagi negara-negara dan pemerintahan antikomunis untuk menghambat laju perkembangan komunis di Asia Tenggara. Pemerintahan antikomunis di Kampuchea dibentuk atas koalisi kelompok Sihanouk, Son San, dan Khieu Sampan. Koalisi itu membentuk pemerintahan baru di Kampuchea dengan nama Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea pada tanggal 22 Juni 1982.
Vietnam meskipun berhasil menguasai dan membentuk pemerintahan boneka di dalam negeri Kampuchea terjadi usaha untuk menentang pemerintahan komunis itu. Tentu saja itu memberi peluang bagi negara-negara dan pemerintahan antikomunis untuk menghambat laju perkembangan komunis di Asia Tenggara. Pemerintahan antikomunis di Kampuchea dibentuk atas koalisi kelompok Sihanouk, Son San, dan Khieu Sampan. Koalisi itu membentuk pemerintahan baru di Kampuchea dengan nama Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea pada tanggal 22 Juni 1982.
Negara-negara
anggota ASEAN dan PBB yang sebagian besar antikomunis tentu saja banyak yang
memberi dukungan pada Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea. Hal itu
merupakan salah satu cara untuk menghambat laju perkembangan komunis di dunia.
Salah satu bentuk dukungan pada pemerintahan antikomunis di Kampuchea adalah
mengakui hanya Pemerintahan Koalisi Demokrasi Kampuchea yang berhak memerintah
Kampuchea dan menjadi wakil sah di PBB.
krisis suez dan peran indonesia
Pada
tanggal 29 Oktober 1888 dilangsungkan
Konferensi Istambul (Turki) yang secara bersama-sama menetapkan status Terusan
Suez. Hal ini mengingat kedudukan, fungsi, dan peranan Terusan Suez bagi dunia
internasional. Konferensi dihadiri oleh Inggris, Jerman, Austria, Hongaria,
Spanyol, Prancis, Italia, Belanda, Rusia, Turki, dan Mesir. Konferensi
menetapkan Terusan Suez berstatus internasional. Adapun hasil konferensi
Istambul Suez Canal Convention adalah sebagai berikut.
1.
Kebebasan
berlayar di Terusan Suez bagi semua kapal, bak kapal dagang maupun kapal
perang, baik dalam keadaan damai maupun
dalam keadaan perang.
2.
Semua
kapal yang melintasi Terusan Suez tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda
peperangan.
3.
Tidak
boleh menempatkan kapal-kapal di pintu masuk atau sepanjang Terusan Suez.
4.
Pemerintah
Mesir harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menjamin pelaksanaan
Konferensi Istambul.
5.
Kebebasan
berlayar di Terusan Suez merupakan kebebasan yang terbatas.
Pokok-pokok persetujuan ini berlakunya tidak dibatasi hingga berakhirnya Undang-undang yang mengatur konsesi dari perusahaan Terusan Suez.
Pokok-pokok persetujuan ini berlakunya tidak dibatasi hingga berakhirnya Undang-undang yang mengatur konsesi dari perusahaan Terusan Suez.
Terinspirasi oleh hasil Konferensi Asia Afrika, maka Gamal
Abdul Nasser menasionalisasi Terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956. Dengan
demikian, Terusan Suez yang semula berstatus internasional sepenuhnya dianggap
milik bangsa Mesir. Tindakan Gamal Abdul Nasser ini tentu saja dianggap
sebagai pelanggaran serius yang segera mendapat reaksi dari Inggris dan
Prancis.
Kedua negara Eropa yang mempunyai kepentingan dengan Terusan
Suez berencana secara besama-sama akan menyerang Mesir. Amerika Serikat sebagai
negara adidaya dan juga merupakan sekutu Inggris dan Prancis mencoba
menghindarkan penyerangan tersebut. Amerika Serikat berusaha mengajak berunding
ketiga negara yang sedang bersengketa itu untuk menyelesaikan masalah Terusan
Suez.
Pada tanggal 16 Agustus 1956 atas prakarsa Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat John Foster Dulles diadakan konferensi di London untuk
menyelesaikan masalah Terusan Suez. Konferensi itu dihadiri oleh 20 negara,
tetapi Mesir tidak hadir. Konferensi mencapai persetujuan tentang penyelesaian
masalah Terusan Suez yang disebut Konferensi London. Hasil Konferensi London
menyebutkan, antara lain bahwa akan dibentuk suatu badan internasional untuk
menangani Terusan Suez. Namun, Gamal Abdul Nasser tetap teguh pada pendirian
untuk menasionalisasi Terusan Suez dan menolak hasil keputusan Konferensi
London. Akibat sikap tersebut, ketegangan di kawasan Timur Tengah memuncak
kembali. Masalah Terusan Suez juga dimajukan dalam Sidang Dewan Keamanan PBB
pada bulan September 1956. Sekretaris Jenderal PBB, DagHammerskjold menanggapi
masalah Terusan Suez, memberi usulan damai yang terkandung dalam enam hal
seperti berikut.
a) Pentingnya transit bebas dan terbuka
melalui Terusan Suez tanpa diskriminasi, baik secara politik maupun teknik.
b) Kedaulatan Mesir dan Terusan Suez
harus dihormati oleh setiap negara.
c) Pengoperasian Terusan Suez harus
terbebas dari politik setiap negara.
d) Penetapan bea tol harus diputuskan
atas kesepakatan bersama antara Mesir dan negara pemakai Terusan Suez.
e) Sebagian pendapatan yang diperoleh
harus digunakan kembali untuk pengembangan Terusan Suez.
f) Jika terjadi perselisihan harus
diselesaikan secara damai melalui lembaga arbitrase internasional.
Penyelesaian
masalah Terusan Suez dari Sekjen PBB diterima baik oleh Mesir. Namun, Mesir
tetap menolak hasil-hasil Konferensi London. Inggris dan Prancis memandang
bahwa Mesir secara sepihak telah melakukan pelanggaran internasional. Oleh
karena itu, Inggris dan Prancis secara bersamaan menyerang wilayah Mesir.
Serangan gabungan itu berhasil menduduki daerah sepanjang Terusan Suez dan Port
Said. Israel juga ikut melibatkan diri menyerang Mesir dan berhasil menduduki
wilayah Gurun Sinai.
Akibat
serangan gabungan tersebut, Rusia, Hongaria, dan sekutunya bersiap membantu
Mesir. indakan itu tentu saja memancing Amerika Serikat untuk melibatkan diri
dalam masalah Terusan Suez dengan membantu sekutunya, Inggris dan Prancis.
Perang terbuka akibat tindakan Gamal Abdul Nasser dalam menasionalisasi Terusan
Suez menimbulkan krisis internasional yang disebut Krisis Suez. Krisis Suez
mendapat reaksi internasional dari negara-negara yang anti terhadap
imperialisme dan kolonialisme. PBB segera menggelar sidang umum untuk membahas
Krisis Suez. Atas usul Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson, Dewan
Keamanan PBB harus segera membentuk pasukan penjaga perdamaian di Mesir.
Pasukan PBB itu nantinya akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Mesir–Israel.
Pasukan penjaga perdamaian PBB itu disebut United Nations Emergency Forces
(UNEF).
Bangsa
Indonesia yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 harus ikut berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia ikut tergerak membantu mengatasi Krisis Suez. Pada
tanggal 8 November 1956 sebagai wujud partisipasi aktif bangsa Indonesia
menyatakan kesediaannya dalam menyelesaikan Krisis Suez dengan bersedia
menempatkan pasukan TNI sebagai penjaga perdamaian di wilayah Mesir dalam
Komando UNEF. Pasukan TNI yang dikirim sebagai penjaga perdamaian di Mesir
disebut Pasukan Garuda. Pasukan ini dipimpin oleh Letkol Hartoyo yang kemudian
digantikan oleh Letkol Saudi. Pasukan Misriga I berangkat ke Timur Tengah pada
bulan Januari 1957.
Pengiriman
pasukan penjaga perdamaian oleh bangsa Indonesia dalam mengatasi Krisis Suez
juga untuk menunjukkan solidaritas sebagai sesama negara yang baru merdeka.
Selain itu, juga melaksanakan hasil keputusan yang telah diambil dalam
Konferensi Asia Afrika.
organisasi gerakan non blok
Pada
tanggal 29 Oktober 1888 dilangsungkan Konferensi Istambul (Turki) yang secara
bersama-sama menetapkan status Terusan Suez. Hal ini mengingat kedudukan,
fungsi, dan peranan Terusan Suez bagi dunia internasional. Konferensi dihadiri
oleh Inggris, Jerman, Austria, Hongaria, Spanyol, Prancis, Italia, Belanda,
Rusia, Turki, dan Mesir. Konferensi menetapkan Terusan Suez berstatus
internasional. Adapun hasil konferensi Istambul Suez Canal Convention adalah
sebagai berikut.
a. Kebebasan berlayar di Terusan Suez
bagi semua kapal, bak kapal dagang maupun kapal perang, baik dalam keadaan
damai maupun dalam keadaan perang.
b. Semua kapal yang melintasi Terusan
Suez tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda peperangan.
c. Tidak boleh menempatkan kapal-kapal
di pintu masuk atau sepanjang Terusan Suez.
d. Pemerintah Mesir harus mengambil
tindakan-tindakan yang perlu guna menjamin pelaksanaan Konferensi Istambul.
e. Kebebasan berlayar di Terusan Suez
merupakan kebebasan yang terbatas.
f. Pokok-pokok persetujuan ini
berlakunya tidak dibatasi hingga berakhirnya Undang-undang yang mengatur
konsesi dari perusahaan Terusan Suez.
Terinspirasi
oleh hasil Konferensi Asia Afrika, maka Gamal Abdul Nasser menasionalisasi
Terusan Suez pada tanggal 26 Juli 1956. Dengan demikian, Terusan Suez yang
semula berstatus internasional sepenuhnya dianggap milik bangsa Mesir. Tindakan
Gamal Abdul Nasser ini tentu saja dianggap sebagai pelanggaran serius yang
segera mendapat reaksi dari Inggris dan Prancis. Kedua negara Eropa yang
mempunyai kepentingan dengan Terusan Suez berencana secara besama-sama akan
menyerang Mesir. Amerika Serikat sebagai negara adidaya dan juga merupakan
sekutu Inggris dan Prancis mencoba menghindarkan penyerangan tersebut. Amerika
Serikat berusaha mengajak berunding ketiga negara yang sedang bersengketa itu
untuk menyelesaikan masalah Terusan Suez.
Pada tanggal
16 Agustus 1956 atas prakarsa Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Foster
Dulles diadakan konferensi di London untuk menyelesaikan masalah Terusan Suez.
Konferensi itu dihadiri oleh 20 negara, tetapi Mesir tidak hadir. Konferensi
mencapai persetujuan tentang penyelesaian masalah Terusan Suez yang disebut
Konferensi London. Hasil Konferensi London menyebutkan, antara lain bahwa akan
dibentuk suatu badan internasional untuk menangani Terusan Suez. Namun, Gamal
Abdul Nasser tetap teguh pada pendirian untuk menasionalisasi Terusan Suez dan
menolak hasil keputusan Konferensi London. Akibat sikap tersebut, ketegangan di
kawasan Timur Tengah memuncak kembali. Masalah Terusan Suez juga dimajukan
dalam Sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan September 1956. Sekretaris Jenderal
PBB, DagHammerskjold menanggapi masalah Terusan Suez, memberi usulan damai yang
terkandung dalam enam hal seperti berikut.
a. Pentingnya transit bebas dan terbuka
melalui Terusan Suez tanpa diskriminasi, baik secara politik maupun teknik.
b. Kedaulatan Mesir dan Terusan Suez
harus dihormati oleh setiap negara.
c. Pengoperasian Terusan Suez harus
terbebas dari politik setiap negara.
d. Penetapan bea tol harus diputuskan
atas kesepakatan bersama antara Mesir dan negara pemakai Terusan Suez.
e. Sebagian pendapatan yang diperoleh
harus digunakan kembali untuk pengembangan Terusan Suez.
f. Jika terjadi perselisihan harus
diselesaikan secara damai melalui lembaga arbitrase internasional.
Penyelesaian
masalah Terusan Suez dari Sekjen PBB diterima baik oleh Mesir. Namun, Mesir
tetap menolak hasil-hasil Konferensi London. Inggris dan Prancis memandang
bahwa Mesir secara sepihak telah melakukan pelanggaran internasional. Oleh
karena itu, Inggris dan Prancis secara bersamaan menyerang wilayah Mesir.
Serangan gabungan itu berhasil menduduki daerah sepanjang Terusan Suez dan Port
Said. Israel juga ikut melibatkan diri menyerang Mesir dan berhasil menduduki
wilayah Gurun Sinai.
Akibat
serangan gabungan tersebut, Rusia, Hongaria, dan sekutunya bersiap membantu
Mesir. indakan itu tentu saja memancing Amerika Serikat untuk melibatkan diri
dalam masalah Terusan Suez dengan membantu sekutunya, Inggris dan Prancis.
Perang terbuka akibat tindakan Gamal Abdul Nasser dalam menasionalisasi Terusan
Suez menimbulkan krisis internasional yang disebut Krisis Suez. Krisis Suez
mendapat reaksi internasional dari negara-negara yang anti terhadap
imperialisme dan kolonialisme. PBB segera menggelar sidang umum untuk membahas
Krisis Suez. Atas usul Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson, Dewan
Keamanan PBB harus segera membentuk pasukan penjaga perdamaian di Mesir.
Pasukan PBB itu nantinya akan ditempatkan di sepanjang perbatasan Mesir–Israel.
Pasukan penjaga perdamaian PBB itu disebut United Nations Emergency Forces
(UNEF).
Bangsa
Indonesia yang sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 harus ikut berperan dalam
menciptakan perdamaian dunia ikut tergerak membantu mengatasi Krisis Suez. Pada
tanggal 8 November 1956 sebagai wujud partisipasi aktif bangsa Indonesia
menyatakan kesediaannya dalam menyelesaikan Krisis Suez dengan bersedia
menempatkan pasukan TNI sebagai penjaga perdamaian di wilayah Mesir dalam
Komando UNEF. Pasukan TNI yang dikirim sebagai penjaga perdamaian di Mesir
disebut Pasukan Garuda. Pasukan ini dipimpin oleh Letkol Hartoyo yang kemudian
digantikan oleh Letkol Saudi. Pasukan Misriga I berangkat ke Timur Tengah pada
bulan Januari 1957.
Pengiriman
pasukan penjaga perdamaian oleh bangsa Indonesia dalam mengatasi Krisis Suez
juga untuk menunjukkan solidaritas sebagai sesama negara yang baru merdeka.
Selain itu, juga melaksanakan hasil keputusan yang telah diambil dalam
Konferensi Asia Afrika.
0 komentar:
Posting Komentar